- Sejarah Ngarot
Ngarot merupakan salah
satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten
Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara adat ini diselenggarakan pada saat
menyongsong datangnya musim hujan yaitu tibanya musim tanam padi. Biasanya
adat ini dilaksanakan pada pekan ke-3 Desember dan selalu dilaksanakan pada
hari Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan hari baik oleh
masyarakat Lelea untuk menanam padi. Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot”
(basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adat ini melibatkan muda-mudi untuk
turut serta dalam upacara tesebut. Uniknya hanya pemuda dan pemudi yang masih
menjaga kesuciannya yang boleh ikut dalam acara ini karena jika pemuda
atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat sangat buruk di mata para peserta
ngarot, dalam upacara ini para gadis desa peserta upacara dihias
dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai lambang kesucian.
Upacara Ngarot dirintis
oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686.
Ngarot merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum
para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat
para petani untuk memulai bercocok tanam kembali serta sebagai pembelajaran dan
regenerasi petani dari generasi tua terhadap generasi muda . Kuwu
Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa terima
kasih kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela
memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para
petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum
wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bertani seperti
tandur(menanam padi), ngarambet (menyiangi), panen padi, atau memberi konsumsi
kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah tersebut.
"Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri."
- Acara Ngarot
Peserta yang mengikuti
upacara adat ngarot mengenakan pakaian yang khas. Remaja putri mengenakan
busana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti kalung,gelang,cincin,bros,peniti
emas,dan hiasan rambut.
Uniknya hiasan rambut upacara ini menggunakan rangkaian
bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati,dan kertas. Sedangkan remaja putra
mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam yang di
lengkapi dengan ikat kepala.simbol-simbol pada upacara Ngarot mengandung pesan
yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga
keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga
kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja
putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Simbol pada
aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus
bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah,
sedangkan gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus
melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat. Simbol pada pakaian kebaya,
komboran yang bermakna pakaian khas memberikan pesan agar masyarakat harus
tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung pesan
bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan
menarik. Upacara adat ngarot dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para
peserta ngarot di halaman rumah Kepala desa Setelah para muda-mudi sudah
di hiasi dandanan yang cantik dan gagah. kemudian muda-mudi ini di arak
mengelilingi kampung dengan format kepala desa berada pada urutan paling depan
disusul oleh remaja putri dan kemudian remaja putra pada barisan paling belakang.
Arak-arakan ini di iringi dengan music khas daerah Indramayu. Setelah
acara di arak mengelilingi kampung, semua peserta ngarot masuk di aula balai
desa dan disambut oleh tari topeng indramayu. Setelah itu masuklah kepada acara
inti pada upacara adat ngarot,susunan upacara inti tersebut antara lain:
1. Pembukaan
2. Pembacaan
Sejarah Singkat Ngarot
3. Sambutan Kuwu Desa
Lelea
4. Prosesi
Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman. Prosesi ini terdiri dari
:
a)
penyerahan benih padi oleh kepala desa(kuwu) kepada perwakilan remaja
putra dan putri. maksud dari prosesi ini adalah sebagai simbol bahwa musim
tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah.
b)
Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Istri kepala desa kepada perwakilan
remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol bahwa air
tersebut di percaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur.
c)
Penyerahan Cangkul oleh Raksa Bumi(orang yang mengurus tentang tanah di
sebuah desa) kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi
ini adalah sebagai symbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.
d)
Penyerahan pupuk oleh sesepuh Desa kepada perwakilan
remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi
tetap subur dan mendapat hasil panen yang melimpah.
e)
Penyerahan Ruas Bambu Kuning, Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oleh
Lebai perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah
symbol agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
5. Pemukulan GONG oleh
Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta ngarot.
- Perkembangan Upacara Adat Ngarot
Globalisasi memberikan
dampak yang signifikan terhadap kebudayaan serta masuknya paham westernisasi
dan modernisasi telah membuat masyarakat berpindah haluan dari agraris menjadi
industri, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia pada
umumnya dan masyarakat desa Lelea pada khususnya. Paham-paham tersebut telah
merubah perspektif masyarakat secara luas bahwa sector industri jauh lebih baik
di bandingkan sector pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehingga minat
masyarakat dan generasi muda sudah berkurang untuk mengolah pertanian karena
alasan sector industri lebih praktis jika di bandingkan dengan sector pertanian.
Tentu hal tersebut berdampak pada upacara adat ngarot yang notabene mengajak
generasi muda untuk turut serta memajukan system pertanian. Saat ini generasi
muda mulai enggan untuk mengikuti upacara adat ngarot, banyak putra-putri
daerah Lelea yang sudah bekerja di luar kota, sehingga saat acara ini akan di
mulai, putra-putri daerah tidak bisa hadir dengan alasan tertentu, jadi ada
sedikit pergeseran para peserta dan nilai-nilai ngarot untuk masyarakat desa
Lelea. Para peserta upacara ngarot kini di ramaikan oleh putra-putri yang
usianya masih sangat muda, hal tersebut terjadi karena putra-putri yang sudah
menginjak usia produktif terbentur oleh pekerjaan ataupun study mereka.
Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara itupun sudah mulai memudar, saat ini
sepertinya masyarakat desa Lelea mengadakan upacara adat Ngarot hanya sekedar
untuk melestarikan kebudayaan yang ada sejak ratusan tahun yang lalu agar
tidak punah.
0 komentar:
Posting Komentar