Pages

Senin, 09 Mei 2016

Tradisi Ngarot






  • Sejarah Ngarot

Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara adat ini diselenggarakan pada saat menyongsong datangnya musim hujan yaitu tibanya musim tanam padi. Biasanya adat ini dilaksanakan pada pekan ke-3 Desember dan selalu dilaksanakan pada hari Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan hari baik oleh masyarakat Lelea untuk menanam padi. Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut. Adat ini melibatkan muda-mudi untuk turut serta dalam upacara tesebut. Uniknya hanya pemuda dan pemudi yang masih menjaga kesuciannya yang boleh ikut dalam acara ini karena jika pemuda atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat sangat buruk di mata para peserta ngarot, dalam upacara ini para gadis desa peserta upacara dihias dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai lambang kesucian.
       Upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Ngarot merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat para petani untuk memulai bercocok tanam kembali serta sebagai pembelajaran dan regenerasi petani dari generasi tua terhadap generasi muda . Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bertani seperti tandur(menanam padi), ngarambet (menyiangi), panen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah tersebut.
"Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri."
  • Acara Ngarot

       Peserta yang mengikuti upacara adat ngarot mengenakan pakaian yang khas. Remaja putri mengenakan busana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti kalung,gelang,cincin,bros,peniti emas,dan hiasan rambut. 
Uniknya hiasan rambut upacara ini menggunakan rangkaian bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati,dan kertas. Sedangkan remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam yang di lengkapi dengan ikat kepala.simbol-simbol pada upacara Ngarot mengandung pesan yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa. Simbol pada aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat. Simbol pada pakaian kebaya, komboran yang bermakna pakaian khas memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung pesan bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik. Upacara adat ngarot dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para peserta ngarot di halaman rumah Kepala desa Setelah para muda-mudi sudah di hiasi dandanan yang cantik dan gagah. kemudian muda-mudi ini di arak mengelilingi kampung dengan format kepala desa berada pada urutan paling depan disusul oleh remaja putri dan kemudian remaja putra pada barisan paling belakang. Arak-arakan ini di iringi dengan music khas daerah Indramayu. Setelah acara di arak mengelilingi kampung, semua peserta ngarot masuk di aula balai desa dan disambut oleh tari topeng indramayu. Setelah itu masuklah kepada acara inti pada upacara adat ngarot,susunan upacara inti tersebut antara lain:
1.  Pembukaan
2.  Pembacaan Sejarah Singkat Ngarot
3. Sambutan Kuwu Desa Lelea
4. Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman. Prosesi ini terdiri dari :
a)      penyerahan benih padi oleh kepala desa(kuwu) kepada perwakilan remaja putra dan putri. maksud dari prosesi ini adalah sebagai simbol bahwa musim tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah.
b)      Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Istri kepala desa kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol bahwa air tersebut di percaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur.
c)      Penyerahan Cangkul  oleh Raksa Bumi(orang yang mengurus tentang tanah di sebuah desa) kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.
d)     Penyerahan pupuk oleh  sesepuh  Desa kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi tetap subur dan mendapat hasil panen yang melimpah.
e)      Penyerahan Ruas Bambu Kuning, Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oleh Lebai perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.
5. Pemukulan GONG oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta ngarot.

  • Perkembangan Upacara Adat Ngarot

Globalisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap kebudayaan serta masuknya paham westernisasi dan modernisasi telah membuat masyarakat berpindah haluan dari agraris menjadi industri, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat desa Lelea pada khususnya. Paham-paham tersebut telah merubah perspektif masyarakat secara luas bahwa sector industri jauh lebih baik di bandingkan sector pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehingga minat masyarakat dan generasi muda sudah berkurang untuk mengolah pertanian karena alasan sector industri lebih praktis jika di bandingkan dengan sector pertanian. Tentu hal tersebut berdampak pada upacara adat ngarot yang notabene mengajak generasi muda untuk turut serta memajukan system pertanian. Saat ini generasi muda mulai enggan untuk mengikuti upacara adat ngarot, banyak putra-putri daerah Lelea yang sudah bekerja di luar kota, sehingga saat acara ini akan di mulai, putra-putri daerah tidak bisa hadir dengan alasan tertentu, jadi ada sedikit pergeseran para peserta dan nilai-nilai ngarot untuk masyarakat desa Lelea. Para peserta upacara ngarot kini di ramaikan oleh putra-putri yang usianya masih sangat muda, hal tersebut terjadi karena putra-putri yang sudah menginjak usia produktif terbentur oleh pekerjaan ataupun study mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara itupun sudah mulai memudar, saat ini sepertinya masyarakat desa Lelea mengadakan upacara adat Ngarot hanya sekedar untuk melestarikan kebudayaan yang ada sejak ratusan tahun yang lalu agar tidak punah.

0 komentar:

Posting Komentar